Sabtu, 05 April 2008

MyFeelingAndMySpirit

Pernah ngerasa menjadi orang yang STUPID, SILLY and IDIOT gak?? hmm..kalo belom tanya ama aku, ahlinya!!

Yah, aku memang menjadi orang yang paling nyedihin banget sekali di hidup ini..Emang sieh rasanya itu kedengeran HIPERBOLIS banget, but that's the truth!

Setelah aku ngebaca novel berjudul "Think, Tinka!" mataku rasanya terbuka lebar, lebar banget! Setelah itu aku langsung berpikir, "Ya Allah, apa mungkin rasa ini akan selalu ada ampe 8taun ato lebih seperti yang dialami tinka?"
Rasanya ingin sekali aku mendengar suatu bisikan yang mengatakan "Tidak" tetapi apa daya, yang ada malah "sepertinya selalu dan untuk selamanya"
Oh God, what must I do? Actually, I love him more than I can say..Tapi, apa iya aku harus selalu bertahan dengan cinta ini kalo akunya aja terluka?

"Makasih yah chi, dah ngertiin temen lo yang stupid, silly dan idiot ini..hmm,maksud gue makasih dah ngertiin gue yang stupid karena ga terus terang ke dia..silly karena biarin 8taun gue berlalu dengan sia-sia..dan idiot karena selalu keinget dia" (one part of Think,Tinka!)


It's a real me! Yeah, walopun gue belum sampe 8 taon (berarti akan dong?)..

Ow ya, udah pada beli album TIA yang baru (lebih tepatnya perdana)? ada satu hits yang gue suka banget, liriknya ngena abis sieh!!


.....
Buat apa lagi bertahan demi cinta yang tak pasti
Semua mimpi jadi milik sendiri
Karena kau tak memilihku
Biarkan ku pergi
Mencari kebahagiaan abadi
Maafkan keputusanku ini
Ku tahu diri
Engkau tak memilihku
.....


Dalem banget kan?? sekarang lagu itu jadi THEME SONG hati ini, huhuhuhu....TT

Karena aku harus belajar untuk nerima kenyataan DIA TAK MEMILIHKU, walopun aku yakin itu sangat sekali banget susahnya..But, I know I can! Kalo dia aja bisa buat aku BEGITU memikirkannya, mengapa juga ada alasan dia gak bisa buat aku MELUPAKANNYA, iya toh??
^_^ (senyuman miris)

Cia yo, ganis! Wish me....=)
*dengan air mata menggenang di pelupuk, dan siap jatuh*

Sabtu, 23 Februari 2008

PUISI-PUISI

DILEMA

Resahku dalam bingung
Gundahku dalam lelah
Tangisku dalam duka
Entah apa namanya kecamuk ini
Mengobrak-abrik buraniku
Mengikat gugusan raga ini
Membuang semua bayang asa
Membuat aku jatuh
Terpuruk dan terperosok
Dalam lubang nista
Yang telah kugali sendiri



Ingin Ini

Ingin aku menjadinya
Terbang melayang mencicipi dunia
Sayap titisan bidadari kayangan
Terkepak elok dalam alunan merdu
Mengecup manis kuntum-kuntum nirwana
Tiada beban padanya
Cantik dipuji tiap melihat
Sekali lagi kuingin sepertinya
Yang bisa menikmati bedanya hidup
Dalam sebuah metamarfosa

Sabtu, 16 Februari 2008

Mimpi is a dream!!

Mimpi itu hal wajar bagi kita orang-orang biasa
Mimpi itu indah
Mimpi itu harapan
Mimpi itu semangat
Mimpi...
Mimpi...
Dan mimpi...
Rasanya tak akan pernah habis waktu untuk membahas mimpi
Aku punya mimpi
Kita punya mimpi
Semua orang punya mimpi
Karena mimpi membantu kita
Menjadi luar biasa
Dari sebuah kebiasaan
Tuangkan semua impian kalian disini, karena impian itu alami!!

CAPEK BANGEDH.........!!!


Fyuh..gila banget deh hari ini!! Hari ini dimulai ketika tiba-tiba mata memaksa untuk melek disaat jam masih menunjukkan pukul 04.00 pagi, ajipp!! Secara tadi malam gue tidur jam 11, so gue cuma tidur selama 5 jam..
Kegilaan hari ini berlanjut terus..Di pagi yang cerah bersinar diiringi kicauan burung-burung di pohon, gue harus memulai hari disekolah dengan pelajaran yang oke banget, matematika! Kurang oke apalagi tuh pelajaran?! Secara gue cuma tidur selama 5 jam, otomatis pagi-pagi gue udah menguap dengan indahnya..
Sudah cukupkah kegilaan hari ini? Belum jawabannya! Matematika tadi dilanjutkan dengan sebuah mapel yang tidak kalah okenya, dijamin bisa bikin otot-otot melotot. Can u guess? Yap, apalagi kalo bukan olahraga..Untungnya voli jadi gue masih bisa sedikit enjoy.
Setelah selesai olahraga dan gue berniat untuk ganti baju, dan Trengtengteng.... Gue lupa masukin baju pramuka!! Alhasil gue melanjutkan pelajaran dengan BB yang....ampun deh!!

Ditambah ulah sohib-sohib gue yang sudah mencampuri privasi gue ,mereka ngebuka inbox sms di hp gue...Sumpah, gue paling benci kalau privasi gue diganggu!! Arrghh, I hate it very much... Saking sebelnya gue ampe nangis T_T

Pokoknya hari ini adalah hari paling gila, ancur, melelahkan, menjengkelkan, menyebalkan, dan bikin ngantuk!!
Udah dulu ya, gue mau tidur!! See ya.....

Jumat, 15 Februari 2008

Aku Sayang Kalian, sangat!!!


Sebentar lagi kita, murid kelas 3 akan menempuh segala macam ujian
Ujian Akhir Sekolah
Ujian Semester
Ujian Praktek
Dan tentunya, Ujian Akhir Nasional
Sebentar lagi kita akan menapaki dunia perkuliahan *amien*
Ada yang ke USU
Ada yang ke UI
Ada yang ke UNPAD
Ada yang ke ITB
Ada yang ke IPB
Ada yang ke UNAND
Bahkan ada yang ke Luar Negeri
Yang berarti kita akan segera berpisah......


Rasanya sulit bagiku untuk menghadapi perpisahan yang rasanya sebentar lagi ini. Jangankan menghadapi, memikirkannya saja hampir membuat air mataku menetes.
Kelasku, kelas 12IPA1, atau Oxygen sebuah kelas yang paling keren diantara kelas yang keren, kelas yang paling nyaman diantara kelas yang nyaman, kelas yang "The Best" pokoknya! Kelas dimana kita bersama-sama hampir 3 tahun. Sebuah kelas yang tak pernah dipisahkan oleh pihak sekolah.

Sebuah kelas yang paling kompak dalam segala hal. Narsis bareng, cemeeh orang, makan-makan, terutama dalam hal membersihkan kelas ketika akan ada perlombaan K3. Kami jagoannya deh! Kelas yang benar-benar GILA dalam segala hal. Kelas yang tak pernah sepi dari saling mencemeeh satu sama lain. Kelas yang suka ribut walaupun disebelahnya ada ruang guru KI. Kelas yang selalu memutar musik, baik lagi belajar ataupun istirahat. Kelas yang berisikan orang-orang dengan beraneka ragam sifat, tapi tetap satu. Kelas yang berisikan orang-orang hebat dan berbakat. Kelas yang paling heboh dalam hal memberikan support pada saat lomba. Kelas yang teriaknya paling heboh ketika diumumkan sebagai juara sebuah lomba.

Bagiku kelas ini tak akan tergantikan
Bagiku kelas ini keluarga kedua bagiku
Bagiku kelas ini semangat baru dalam hidupku selama SMA
Bagiku kelas ini pengukir banyak kenangan indah dalam hidupku
Bagiku kelas ini....
HEBAT

Untuk sekian kali aku berpikir, "Ya Allah, bagaimana kalau ntar perpisahan? Apakah aku yang tangisannya paling keras?"
Rasanya aku tidak mau berpisah. Rasanya aku ingin kalau nanti kuliah kita masih bersama, biar nantinya ketika aku memasuki ruang kelas masih kujumpai wajah-wajah kalian. Masih ada pijal, danil, dias, gonto, oscar, oot, rahme', roky, diqs, zaky, tozza, wa2n, yogi, ima, jehan, yati, ilse, irma, lulu, maycin, ipie, adek, ipeh, nina, Q-nov, ojak, tika, icha, Q-nur, revi, ocha, yaya, tya, uthiey dan sya'. Biar nanti waktu kuliah kita masih makan di kantin sama-sama, pergi nonton pas libur, atau bernarsis ria. Tapi ego tentunya harus disampingkan, iya toh?

Hmpph...ntar kalau udah pisah jangan pernah ada yang saling melupakan yah??

AKU SAYANG KALIAN teman-temanku!!







MyFeelingForHim

..........

Telah lama kupendam perasaan itu
Menunggu hatimu menyambut diriku
Tak mengapa bagiku cintaimu pun adalah
Bahagia untukku
Bahagia untukku

Ku ingin kau tahu
Diriku di sini menanti dirimu
Meski ku tunggu
Hingga ujung waktuku

(Ungu-Cinta Dalam Hati )


Hmm..bisa dibilang lirik diatas GANIS BGT!!

Mengapa begitu? Tentunya semua sudah pada tau kan makna dari lirik diatas? Tentang seseorang yang rela untuk tidak memiliki pujaan hati yang sudah ia cintai dengan sepenuh hati. Tentang seseorang yang rela menunggu cintanya itu bersambut. Dan jelas itu gue banget

Pernah terbayang di benak kalian, untuk mencintai seseorang lebih dari 3 tahun tanpa ada suatu kepastian? Cinta yang rasanya semakin lama semakin besar? Cinta yang rasanya sulit untuk dilupakan walau sedetik? Kalau belum pernah, tanyalah padaku Si Empu yang sangat berpengalaman...

Terkadang aku capek, makan hati, dan pusing mikirinnya, "nieh orang maunya apa sih?" Disaat aku sudah bisa sedikit melupakannya, tiba-tiba dia muncul dihadapanku. Tapi disaat perasaan ini sedang memuncak, dia malah menghilang. KEJAMnya!!

Aku pernah mendapatkan SMS dari teman kakakku yang isinya :

"Jika kita mencintai seseorang berkorbanlah, jangan berdiam diri hanya terpaku pada bayangnya. Karena sesungguhnya cinta tanpa pengorbanan bukanlah cinta"

Halooooooo.....emang kurang berkorban apa sih aku buat "si dia"? Mulai dari malu-malu doang ampe malu-maluin. Semuanya aku kerjakan hanya buat buka matanya "Ada ganis loh disini" sampe aku nekat membuat pandangan orang agak aneh kepadaku, agresif!

Jadi, kurang berkorban apa lagi?? Tetap aja kan dia berdiri kokoh sebagai gunung es di kutub selatan..Mau tau bagaimana "si dia" yang aku cintai dengan angat itu? Buka aja freezer di kulkas kalian masing-masing dan pegang es yang ada, seperti itulah dia. DINGIN!!

Argghhh..aku bingung!! Sudahlah lupakan saja, ya?!

.................

Andaikan ku dapat,
mengungkapkan,
perasaan ku,
hingga membuat,
kau percaya
Akan ku berikan,
seutuhnya,
rasa cinta ku
selamanya, selamanya

( Selamanya Cinta- D'Cinnamons )




PUISI LAGI

MANA DUNIA ITU?

Ini dimana?
Semuanya gelap, tanpa cahaya
Tak tahu dimana pintu keluarnya
Sekat-sekat itu telah mengukung jalan
Sel-sel ini terdesak
Oksigen menguap
Termakan setan-setan itu
Yang menamakan dirinya CO2
Ruang ini makin enggan menampakkan sejuknya
Hijau itu telah pergi
Melambaikan tangannya
Membawa secercah kemesraan
Yang dulu senantiasa menaungi
Ah........
Badan ini terdesak
Gerak terhimpit
Panas semakin merajai ruang ini
Kesalahan terukir menghancurkan hidup
Aku....
Kamu....
Kita....
Mereka......
Semuanya.......
Dalam dunia yang tak bernama lagi
Dunia yang tak tahu arahnya lagi
Dunia yang...
Telah musnah, hancur


PUISI

HITAM PUTIH ITU

Hitum itu kelam
Putih itu cahaya
Terajut rapi dalam jaring-jaring
Serpih pecahan kaca terhempas
Inikah dunia itu?
Hitam putih
Dua pancaran warna kontras
Tak terbeda oleh pupil
Tak terbias oleh retina
Hitam putih
Putih hitam
Hitam putih
Merangkai dalam jerabu
Abu-abu langkahku
Putih hitam
Hitam putih
Putih hitam
Mungkin...
Pemberi sentuh bias warna
Tabir jalan hidup ini
Hidupku, mungkin

CERPEN


PELAJARAN BUAT KAYLA

13 September 2007

“Kayla, mama dan papa akan bercerai,” ujar mama seraya membelai rambutku.

Perkataan mama seperti petir di siang bolong untukku. Ada apa ini? Bukankah selama ini keluarga kami harmonis? Aku. Kayla Annisa. Seorang anak tunggal yang hidup di tengah-tengah keluarga yang sangat menyayangiku. Aku memiliki semua yang mungkin tidak dimiliki teman-teman yang lain. Orang tua yang penyayang, perhatian, dan mengerti tentang warna-warni kehidupan remajaku, serta ”bernaung” di bawah kekayaan orang tuaku. Tapi, sekarang kenapa mereka memutuskan untuk bercerai? Keputusan yang sangat tiba-tiba di awal bulan suci Ramadhan.

”Mama serius?” sahutku dengan suara serak. Aku merasa tidak lama lagi air mataku akan menitik. Kulihat mama hanya mengangguk.

”Tapi kenapa, ma? Selama ini bukannya papa dan mama tidak ada masalah?” tanyaku tidak puas dengan anggukan mama. . Dan kali ini aku tidak bisa menahan air mataku yang dengan cepat memberontak keluar dari pelupuk mata.

”Kamu gak akan mengerti dengan masalah ini, kalau saja....” sahut mama yang cepat-cepat kupotong.

”Ceritakan dan akan kayla coba untuk mengerti!”

Bukannya menjelaskan padaku, mama malah beranjak pergi menuju kamarnya.

Aku tidak tahu harus berbuat apa.

******

”Kayla, lo gak puasa?” Gina memergokiku yang sedang menyantap roti isi.

Aku hanya memandangnya sekilas dan mengedikkan bahu. Dan tetap melanjutkan makan siangku yang kulakukan di gudang belakang sekolah.

“Kayla, gue nanya lo gak puasa?” tanya Gina lagi.

“Gak punya mata ya? Jelas-jelas lagi makan gini, masih ditanya lagi puasa apa enggak. Bego!”.

Gina tersentak. Jelas sekali orang yang ia lihat saat ini bukan aku, Kayla yang biasanya. Mungkin seperti itu pikirannya saat ini.

”Lo kenapa, Kay?”tanya Gina lagi setelah berhasil menenangkan diri.

”Gue gak kenapa-kenapa, gue baik-baik aja. Lo bisa ngeliat sendiri, kan?”

”Tapi, lo bukan kayla yang gue kenal.”

“Hahaha, emang lo siapa? Ampe ngerasa udah kenal gue luar-dalem?!” ujarku.

Gina terus menatapku heran. Dan aku mulai jengah dengan tatapannya itu.

“Penting ya, ngeliatin gue kayak gitu?”tanyaku akhirnya.

“Kay, mungkin bener gue belom kenal elo luar-dalem. Tapi gue yakin sekarang lo lagi ada masalah, kan? Kalo lo mau, lo bisa cerita ke gue.”

“Halah, basi lo!”.

Aku berlari meninggalkan Gina yang masih bingung dengan sikapku. Tapi aku tidak peduli. Aku terus berlari menuju kelas untuk mengambil tas, lalu pergi.

“Lo mau kemana, Kay?” tanya Wahyu, ketua kelasku.

”Bukan urusan lo!”.

Aku memutuskan untuk pergi ke taman kota yang biasa kudatangi kalau sedang ada masalah. Disana aku merasa lebih tenang. Aku bisa melepaskan semua emosiku, aku bisa melupakan sesaat semua masalahku dan aku bisa menangis sepuasnya disana. Setelah merasa tenang, aku memutuskan untuk pulang. Jam tanganku sudah menunjukkan pukul 7 malam.

Ketika Aveo yang kukendarai memasuki gerbang halaman rumahku, aku melihat papa dan mama sedang bertengkar di depan pintu. Ada apa ini? Segera aku kendarai mobilku lebih cepat, agar aku bisa mengetahui penyebab pertengkaran mereka.

Baru saja aku keluar dari mobil, papa sudah menuju mobilnya.

”Pa, ada apa ini?”cegatku.

Papa tidak menjawab, ia hanya memandang sekilas lalu melengos masuk kedalam mobilnya.

”Pa, jangan pergi!!” aku menangis, mengejar mobil papa yang mulai beranjak pergi.

Aku terduduk lemas. Papa yang selama ini penuh cinta sudah tidak mempedulikan aku, anak tunggalnya. Kurasakan mama mendekatiku dan menyentuh pundakku.

”Biarkan papamu pergi. Kamu lihat sendiri kalau dia tidak peduli sama kamu,”ujar mama sambil mencoba mengangkat tubuhku.

”Ma, ada apa sih sebenarnya?”

”Kamu tidak perlu tahu. Sekarang yang perlu kamu lakukan, pikirkan dengan siapa kamu mau ikut. Mama atau papa?”

”Lebih baik Kayla mati daripada harus milih!”

Aku berlari menuju mobilku. Kutancapkan gas, tidak kupedulikan teriakan mama. Gas terus kutancapkan laju tanpa tahu tujuan. Aku bingung harus kemana, hingga akhirnya kuputuskan untuk mengemudikan mobil ini menuju rumah Gina.

”Kayla, lo kenapa?”pertanyaan itu langsung tertuju kepadaku ketika Gina membukakan pintu rumahnya.

”Na, gue boleh nginep disini?”

Gina tidak menjawab. Ia hanya mengangguk dan mengajakku masuk. Sepertinya tidak ada orang dirumahnya, terlihat dari suasana yang sepi. Gina terus menggiringku hingga ke kamarnya.

“Lo mau cerita apa?” tanya Gina yang sepertinya mengerti dengan kedatanganku.

“Orang tua gue bakal cerai, Na!”ujarku dengan penuh emosi..

Gina diam. Entah ia diam karena tak bisa berkata-kata atau ia diam untuk memberiku waktu mengeluarkan semuanya.

“Gue gak tau apa yang salah. Gue ngerasa selama ini semuanya sempurna, papa dan mama yang sayang sama gue. Papa yang setia dan mama yang sabar dan lembut. Gue ngerasa hidup gue dah lengkap, Na.”

”Mereka bercerai pasti ada alasan yang jelas,”jawab Gina akhirnya.

“Apa alasannya, Na? Sampai-sampai mereka rela ngorbanin gue!” suaraku mulai meninggi.

Gina tidak menjawab. Ia hanya diam. Begitupun aku. Aku merasa lelah, tidak tau harus berkata apa lagi. Capek.

“Jadi ini alasan elo enggak puasa?”tanya Gina yang mulai bosan dengan suasana hening yang tercipta.

”Hahahaha, gak ada gunanya juga gue puasa. Apa dengan puasa orang tua gue bakal batal bercerai?”ujarku sinis.

Gina beristighfar. Ia memandangku dengan rasa penuh kasihan.

”Udah berapa hari lo gak puasa?”.

”Puasa dah berapa hari? Segitu juga gue gak puasa. Kenapa?”ujarku.

Gina beristighfar kesekian kalinya.

“Sia-sia kalo gue ikutan puasa. Sama sia-sianya dengan ibadah gue selama ini. Gue sholat, sedekah, puasa, semuanya yang wajib gue lakukan. Tapi kenapa sekarang Tuhan jahat banget ama gue?! Kenapa Tuhan berikan cobaan ini ke gue? Kasih gue alasan untuk tetap berpuasa, Na! Toh, akhirnya mereka tetap cerai” seruku.

”Astaghfirullah! Lo gak sepantasnya ngomong kayak gitu, Kay. Allah ngasih cobaan ke elo, karena Allah masih sayang sama elo.”

”Sayang? Gak salah tuh?” tanyaku lagi.

Gina tampak putus asa. Sampai pada akhirnya ia meraih tanganku, membawaku keluar. Dan sekarang aku berada dalam mobilnya.

“Na, kita mau kemana?”dengan rasa heran aku bertanya pada Gina.

”Ke sebuah tempat yang bisa membuka hati elo. Karena gue yakin hati elo belum tertutup rapat dan masih bisa untuk disadarkan,”jawab Gina sambil mengenakan seat belt.

Setelah itu, suasana di dalam mobil hening bercampur tegang. Karena Gina memacu mobilnya dengan kecepatan yang sangat tinggi. Aku saja sampai berkali-kali mengingatkannya.

Aku menghela nafas lega ketika Gina mulai memberikan perlambatan pada laju mobilnya. Gina memarkirkan mobilnya tepat di depan sebuah rumah tua. PANTI ASUHAN HARAPAN BANGSA.

”Ayo turun! Insya Allah, mata elo bakal terbuka lebar dan mengerti arti hidup sebenarnya disini,”ajak Gina.

Aku hanya mengikutinya. Jujur, aku masih bingung dengan maksud Gina mengajakku kesini. Sebuah panti asuhan?

“Assalamualaikum”Gina mengucapkan salam sesampainya kami di depan pintu panti asuhan tersebut.

Tak lama kemudian terdengar jawaban atas salam Gina.

”Nak Gina, ayo silakan masuk! Sudah lama tidak kesini?”ujar seorang Ibu separuh baya yang baru saja membukakan pintu.

”Maaf ya, bu. Belakangan ini Gina sibuk, mama papa juga sibuk. Ibu pasti ngerti, kan?” Gina menjawab sambil menciumi punggung tangan Ibu tersebut.

Ibu itu hanya mengangguk sambil tersenyum. Lalu, pandangannya beralih kepadaku.

“Ini Kayla, teman Gina,” kata Gina seperti mengerti pandangan Ibu tersebut.

“Oh, Ibu kirain siapa. Saya Ibu Ratih, pemilik panti asuhan ini,” ibu itu memperkenalkan dirinya.

Aku tersenyum kaku.

Gina lalu mengajakku ke dalam untuk melihat suasana panti asuhan.Awalnya aku tidak mau tapi setelah dipaksa oleh Bu Ratih, aku mau walaupun sedikit enggan.

Setelah melihat anak-anak di panti asuhan ini dan saling bertukar cerita dengan mereka, aku terharu. Ya Allah, segitu lemahnya kah hambaMu ini? Mungkin hidupku selama ini lebih mewah dibanding anak-anak di panti asuhan ini, tapi hidupku tidak sebaik hidup mereka. Mereka tidak mempunyai orang tua, cobaan mereka lebih berat tetapi mereka bisa menghadapinya dengan senyuman. Mereka tegar dan sabar. Aku merasa sangat kerdil diantara anak-anak panti asuhan ini.

”Kalian gak pernah merasa apa kalau Allah udah gak berbuat adil sama kalian?” tanyaku.

”Naudzubillahi min dzalik! Insya Allah perasaan itu gak akan pernah terlintas sedikitpun, kak. Aku hanya mencoba untuk bersyukur atas segala nikmat yang telah Allah berikan, Allah itu Maha Adil. Aku tau semua cobaan yang Allah berikan, karena Allah sayang sama aku, Dia peduli sama aku,” jawab Opie, salah satu anak di panti asuhan Harapan Bangsa.

Aku tersentak dengan jawaban tersebut. Seorang anak yang mungkin tidak pernah tahu siapa orang tuanya, masih bisa berpikir seperti itu. Lalu bagaimana dengan aku? Aku tahu siapa orang tuaku, kehidupanku selama ini berkecukupan dan bisa dibilang aku memiliki segalanya. Tapi mengapa aku sudah begitu berani menyalahkanMu, Allah? Padahal Engkau baru memberikan sedikit ujian padaku Ya Allah, maafkan hambaMu ini. Tak kusadari air mataku sudah menggenang di pelupuk dan siap untuk ”terjun bebas”.

”Na, makasih yah! Lo dah ngajak gue kesini, gue jadi dapet pelajaran berharga yang gak akan pernah gue lupain. Makasih banget,” kataku ke Gina dengan mata berkaca-kaca pada saat aku, Gina, dan Bu Ratih sedang duduk di ruang santai panti asuhan tersebut.

”Sudah seharusnya sesama umat muslim saling mengingatkan. Besok gak ada lagi dong Kayla yang diam-diam makan di gudang belakang sekolah?” ujar Gina seraya menyindirku. Aku tersipu malu.

Pada saat jam menunjukkan pukul 11 malam, aku dan Gina pamit.

****

22 Agustus 2009

Ramadhan 2 tahun lalu merupakan ramadhan yang penuh berkah. Aku tidak akan pernah bisa melupakannya. Yah, walaupun orang tuaku tetap bercerai. Alhamdulillah, aku bisa menerima perceraian orang tuaku dengan ikhlas dan lapang dada. Makasih banget buat Gina, semoga tenang ”disana”. Aku mendapat kabar Gina meninggal karena kecelakaan, setahun setelah kepindahanku ke Semarang. Gina adalah orang yang paling berjasa dalam menyadarkanku pada waktu itu, aku tidak akan pernah melupakannya. Sekarang aku tinggal sama mama yang memutuskan untuk pulang ke kampung halamannya, tinggal bersama eyang. Sedangkan papa tetap tinggal di Jakarta bersama istri barunya. Walaupun aku dan papa tinggal berjauhan dan terpisah, papa tetap menyayangiku. Seperti kata bu Ratih yang akan selalu kuingat.

”Mereka bercerai bukan karena mereka tidak peduli lagi, bukan karena mereka tidak mau mencoba. Mereka sudah berusaha tapi mereka gagal. Dan bila mereka bercerai, mereka tetap ada di dekat kita, mengawasi, dan tetap memberikan cinta pada kita.”

”Kayla, ayo buka puasa dulu!” teriak mama, menyadarkanku yang tengah bernostalgia dengan buku harian Hello Kitty yang sudah kelihatan lusuh.

”Iya, ma!”

Kututup buku harianku. Dan aku segera berlari menuju ruang makan di lantai bawah untuk berbuka puasa.

Kamis, 14 Februari 2008

Ini Aku

Aku hanya seorang manusia biasa, lahir dari sebuah keluarga yang biasa. Namaku biasa, kehidupanku biasa, rutinitasku biasa, apapun serba biasa. Memang apa yang menjadikan sesuatu dariku iu LUAR BIASA?? Tapi, bisakah aku meminta izin untuk mencoba menjadi seseorang yang luar biasa ditengah-tengah sebuah biasa dalam diriku? Terkadang ada terselip rasa bosan dalam relung hati ini, "apa iya aku memang diciptakan untuk terus biasa?"

Sekarang pertanyaanku, bagaimana cara untuk menjadi seseorang yang luar biasa? Dan apa tujuan dari menjadi seseorang yang luar biasa? Apakah hanya untuk menghancurkan orang-orang biasa dengan keluarbiasaan kita? Untuk membuat orang-orang biasa menjadi takut lalu mundur dari percaturan persaingan kehidupan? LALU APA TUJUAN DARI PEMAKSAAN DIRI MENJADI LUAR BIASA?

Kuhela napas sejenak, tentu saja sebuah napas biasa, karena keluar dari organ seorang biasa. Aku takut menjadi seorang luar biasa, karena aku takut dicap orang-orang biasa SOMBONG...Aku takut jadinya.

Aku tidak mau dan rasanya tidak akan pernah menjadi seorang luar biasa karena hanya Allah yang paling luar biasa di dunia. Rasanya tidak akan pernah ada satu makhluk pun yang dapat menandingi-Nya. Jadi, untuk apa capek-capek menciptakan diri menjadi yang luar biasa? Cintailah diri kita apa adanya, dan syukuri itu. Karena itulah kita!!

CERPEN

Kisahku Dalam Dilema

Aku terlahir sebagai seorang bungsu dari 3 bersaudara dalam sebuah keluarga yang menurutku sempurna. Sebuah keluarga dengan seorang ayah yang bijaksana, ibu yang disiplin, dan 2 orang kakak perempuan yang cerewet dan usil. Kami semua bahagia. Tetapi dibalik kebahagiaan itu, aku dan kakakku memiliki masalah yang mengganjal sejak dulu. Kami hidup dalam keluarga yang dinakhodai leh seorang ayah yang protektif dan diktator. Walaupun, kata kedua orang kakakku akulah yang paling enak hidupnya.

Aku diperbolehkan mengendarai motor, bisa jalan bersama teman-teman, ataupun bisa dikabulkan apapun permintaan hatiku. Mereka tidak tahu saja bahwa dibalik keenakan hidupku itu aku dilimpahkan keinginan ayahku yang rasanya sulit untuk kuwujudkan, keinginan ayahku yang terpendam sejak dulu. Salah satu anaknya harus ada yang masuk ITB dan tentu saja aku, si bungsu. Karena, kakakku yang pertama saat ini sudah lulus sebagai sarjana psikologi dan sedang bersiap-siap memasuki bangku perkuliahan S2 mendapatkan gelar psikologi, dan kakakku yang kedua saat ini tercatat sebagai mahasiswi FMIPA-Kimia UNPAD. Yang terakhir? Aku, si bungsu yang sudah diarahkan untuk masuk dalam dunia perkuliahan di kampus ganesha.

Ya, aku sejak SD sudah diarahkan oleh ayahku untuk kuliah di ITB. Sebagai seorang anak yang masih polos, tentu aku setuju-setuju saja. Sejujurnya, saat SMP aku juga memiliki hasrat yang sama seperti ayahku, masuk ITB. Tetapi setelah aku menjadi siswi putih abu-abu, aku merasa ada sesuatu yang lain. Aku merasa ITB bukanlah jalan hidupku yang sebenarnya, melainkan aku dipaksa belok dan mengikuti alur jalan itu oleh ayahku. Aku ingin menjadi mahasiswi yang bernaung dibawah bendera Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, jurusan ilmu komunikasi. Tetapi sayang ayahku tidak mau mengerti akan hal itu.

Mungkin aku bisa sedikit mengerti mengapa ayahku bisa seperti itu kepadaku, tapi hanya sedikit. Ayahku terlahir sebagai anak pertama dalam keluarganya dan ia lah penopang hidup keluarganya. Sejak kecil ayahku sudah terbiasa susah. Pergi sekolah dengan berjalan kaki menelusuri rel-rel kereta api. Jarak yang ia tempuh bukannya dekat, tapi 10Km yang harus ditempuhnya. Tanpa sarapan dan tanpa bermodalkan uang disaku. Untuk membayar uang sekolah pun ayahku harus bekerja sebagai buruh di sebuah pabrik tekstil. Tapi untungnya ayahku adalah seorang siswa yang disayang oleh guru-gurunya sehingga ayahku dibebaskan dari pembayaran uang sekolah.

Karena itulah ayahku sangat ingin aku masuk ITB. Aku tidak mau, itu bukan bakatku walaupun ibuku sudah memaksa agar aku mengerti mengapa ayahku seperti itu, ayahku ingin ada seorang anaknya yang meneruskan langkah perusahaan yang telah ia dirikan dengan susah payah hampir 20 tahun, dan yang jelas perusahaannya itu bergerak dalam bidang teknik. Dan aku di teknik? Sampai hujan berkelir juga tidak akan mungkin bisa karena itu bukan keahlianku. Tapi tidak mungkin juga aku ”mendurhakai” keinginan orang tua sendiri. Dengan berat hati aku mengatakan ”Anih mau masuk ITB” dan senyum senang jelas terlukis di wajah senja bercahaya itu. Walaupun sebenarnya hati ini menolak. Sampai kapan pun keputusanku itu akan kusesali seumur hidupku..

Sampai saat itu tiba. Aku mengikuti lomba Presenter&Penyiar di salah satu toko buku terbesar di kota ini. Ayahku sebenarnya kurang setuju aku mengikuti lomba-lomba seperti itu. Tapi aku tetap nekat mendaftar. Dan alhamdulillah aku menjadi juara mutlak dari lomba kategori Penyiar Radio dan mendapatkan kontrak beberapa siaran dari radio tersebut. Aku senang sekali. Bukan hanya karena aku menjadi pemenang, tapi karena kata-kata ayahku dalam perjalanan pulang mengambil hadiah.

”Kalau kamu benar-benar serius di suatu bidang jalani saja. Sekarang bapak setuju kalau kamu mau masuk FIKOM. Tapi, coba juga USM ITB ya!”

Jujur aku kehilangan kata-kata pada saat itu. Yang bisa kulakukan hanya mengucapkan syukur karena akhirnya ayahku bisa mengerti keinginan terbesarku walaupun tetap saja ada imbalan atas persetujuannya tersebut. Tapi sekarang aku rela dan ikhlas mengikuti USM ITB, soalnya aku sudah yakin aku tidak akan lulus. Hehehehe.....